Lunturnya Nilai-nilai Dasar Juventus yang Selama Ini Dikenal

0

infobola.netJuventus biasanya identik dengan benteng pertahanan yang kokoh. Namun, bagi Claudio Gentile, legenda hidup Bianconeri, momen kekalahan dari Parma baru-baru ini adalah puncak dari rasa frustrasinya. Saking marahnya, dia bahkan memutuskan untuk mematikan televisi sebelum laga berakhir.

Kemarahan Gentile meledak saat melihat cara Lloyd Kelly menjaga Mateo Pellegrino, yang berbuah gol tunggal kemenangan untuk Parma. Bagi Gentile, adegan itu menjadi simbol dari lunturnya nilai-nilai dasar Juventus yang selama ini dia kenal. “Saya menonton setiap pertandingan Juventus, tapi sering kali saya tidak sanggup menyelesaikannya sampai menit ke-90. Saya jadi begitu marah sampai harus mematikan televisi,” ungkapnya kepada La Gazzetta dello Sport.

Kekecewaan itu berpuncak di laga melawan Parma. “Terakhir kali itu terjadi adalah hari Rabu, saat melawan Parma. Ketika saya melihat bagaimana Kelly menjaga Pellegrino saat gol itu tercipta, saya tidak tahan lagi,” tambah Gentile.

Kekalahan yang Menyakitkan

Kekalahan dari Parma membuat Juventus terlempar ke posisi kelima klasemen Serie A. Lebih buruk lagi, mereka kini disalip Bologna dan disamai oleh Lazio, hingga bahkan tiket Liga Europa mulai terancam.

Bagi Gentile, yang mengangkat trofi Piala Dunia 1982 bersama Italia dan meraih enam gelar Serie A bersama Juventus, situasi ini sungguh memilukan. “Saya melihat sangat sedikit dari Juventus yang saya kenal. Mungkin hanya Kenan Yildiz, seorang talenta sejati yang saya rasa akan disukai oleh l’Avvocato (Gianni Agnelli), tapi dia saja tidak cukup,” tuturnya.

Sisanya, lanjut Gentile, hanya menyisakan kepahitan. “Sisanya hanya membuat pahit, seperti hasil-hasil yang didapatkan. Di zaman saya, ada figur-figur yang sejak awal mengingatkan para pemain muda: ini Juventus, ada hal-hal tertentu yang tidak boleh dilakukan. Sekarang, ini klub yang berbeda,” tegasnya.

Mentalitas Juara yang Luntur

Gentile menyoroti bagaimana mentalitas Juventus saat ini jauh dari standar kejayaan masa lalu. “Juventus adalah tim yang unik karena mentalitas kemenangannya. Ketika saya di sana, finis di posisi kedua saja sudah dianggap tragedi. Sekarang, mereka berusaha bertahan di posisi keempat,” katanya getir.

Menurutnya, Juventus seharusnya menjadi penantang Scudetto, bukan justru tertinggal jauh dari puncak klasemen. Kondisi ini memperlihatkan bagaimana ambisi klub seolah mengendur dalam beberapa tahun terakhir.

Tak heran, kekecewaan ini tak hanya dirasakan oleh Gentile. Dia menuturkan, “Ada ekspektasi besar musim panas lalu, tapi itu perlahan menghilang. Saya bukan satu-satunya yang berpikir begitu. Banyak fans yang saya temui sehari-hari merasakan hal yang sama.”

Salah Langkah di Bursa Transfer

Kedatangan Igor Tudor menggantikan Thiago Motta sejauh ini belum membuahkan perubahan besar. Gentile menilai, masalah Juventus bukan hanya soal pelatih, melainkan juga soal pilihan pemain di bursa transfer.

“Pelatih memang selalu jadi pihak pertama yang kena imbas, jadi wajar saja Thiago Motta dipecat. Dia mampu memadukan sepak bola yang bagus dengan hasil di Bologna, tapi Juventus adalah klub yang berbeda. Di sini, Anda harus menang,” tegas Gentile.

Dia juga menyoroti kesalahan dalam rekrutmen pemain. “Ada banyak kesalahan di pasar transfer. Saya tidak suka menyebut nama, tapi beberapa jelas terlihat oleh semua orang,” imbuhnya.

Harapan Baru: Conte dan Chiellini

Di tengah kekacauan ini, Gentile percaya bahwa kunci untuk mengembalikan identitas Juventus adalah menghadirkan orang-orang yang memahami jiwa klub. “Antonio (Conte) adalah seorang pemenang dan dia mengenal Juventus seperti sedikit orang lain, jadi kembalinya dia akan sangat positif. Selalu berguna memiliki orang yang tahu cara menjelaskan kepada para pemain di mana mereka berada dan jersey apa yang mereka kenakan,” ujarnya.

Bukan hanya Conte, Gentile juga menyebut nama lain yang layak kembali ke Juventus. “Giorgio Chiellini juga memiliki DNA Juventus dan pantas menjadi bagian dari klub ini sekarang. Dia adalah salah satu bek hebat terakhir. Sekarang, Anda tidak lagi melihat orang menjaga lawan dengan benar. Semua hanya ingin bek tengah yang memulai serangan,” pungkas Gentile.

Sumber : Bola.net
Baca Juga :

Venezia vs AC Milan: Kentalnya Harapan dan Kecemasan
Hasil Barcelona vs Real Madrid: Skor 3-2 (Extra Time)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *